Di akhir tahun 2011 saya mendapat rezeki nomplok, berupa permintaan pengerjaan dari salah satu dinas di kota tempat tinggal saya. Meski tak besar, namun cukup mengejutkan buat saya karena rezeki itu datang tiba-tiba. Di sore hari, saya dapat SMS yang isinya minta saya untuk mengerjakan sebuah proyek kecil. Saking mepet waktu, saya diminta menemui petugas dinas itu meski sore sudah larut. Sebagai pelayanan terhadap costumer, sayapun menemuinya dan menyelesaikan segala administrasi.
Saat itu saya tanyakan
materi spanduk yang akan dicetak itu. Salah seorang staf mencoba
membuatkan. Namun temannya meminta datang kembali beberapa hari kemudian
menunggu staf yang biasa membuatkan kata-kata dalam spanduk. Selang
beberapa hari, saya datang kembali menanyakan hal yang sama. Staf yang
dimaksud sudah datang dari luar kota dan ada di ruang yang sama malah
saya sempat ngobrol. “Ntar aja, saya SMS kan materinya belum dibikin
nee”. Kata staf itu. Sayapun pulang dengan tangan hampa.
Saat itu saya mencoba
menawarkan biar saya yang membuatkan materi di spanduk. Seblum cetak
akan saya informasikan kembali untuk dilihat apakah ada yang kurang atau
yang lebih. Usul itupun tidak diterimanya.
Hingga saat ini materi untuk spanduk itu belum saya terima. Administrasi sudah saya selesaikan untuk SPJ, termasuk deal harga.
Saya jadi berfikir,
seandainya semua kinerja PNS seperti itu, bagaimana nasib negara dengan
ratusan juta penduduk ini. Soal bikin materi spanduk saja yang hanya
menyita watu beberapa menit, bertele-telanya minta ampun. Seandainya
waktu itu meluangkan waktu atau bahkan meminta saya membuatkan materi,
saya pikir tidak akan menyita waktu setengah jam. Merek saat tak
sibuk-sibuk amat. Hanya ngutak-ngatik laptop di mejanya.
Barangkali ini soal
mental sebagian PNS di negeri tercinta ini. Bekerja hanya menunggu
gajian setiap awal bulan. Semoga PNS lain di Indonesia tidak seperti
itu.
Posting Komentar